Cerita
tentang Danu sekejap tergantikkan oleh bisingnya klakson yang cukup mengganggu
pendengaran, sehingga begitu rumit hampir tidak bisa menerjemahkan setiap rasa
yang melintas di dada. Perjalanan pulang hari ini sedikit sendu, mungkin karena
nyanyian membuai yang membuat diri menjadi terlena pada lirik lagunya. Seketika
hati ikut meraung-raung seolah merasakan setiap syair yang terurai pagi itu.
Lantas sampai senja masih pada rasa yang sama. Jika diulang lagi, seharusnya
pagi hari diisi oleh nyanyian semangat, semacam lagu kebangsaan yang dengan
spontan membuat tubuh berdiri tegak dengan tangan menyilang di dada. Memang
mengawali hari harus sedikit hati-hati, tidak usah disiapkan dengan khusus,
melainkan pilihlah saja sesuatu yang membakar rasa malas dan peluh, juga sakit
hati.
Semalam
aku dibuat bingung dengan teka-teki yang hadir lewat mimpi. Aku melihat dia dan
Danu di dalamnya, lalu secepat itu film diputar dalam otak. Aku berada di
sebelah dia mengelilingi jalanan kota Bandung yang cukup ramai, juga dingin.
Tidak ada pembicaraan, lebih seperti fokus pada pikiran masing-masing. Mungkin dia
harus konsentrasi dengan stirnya, begitu pun aku harus konsentrasi dengan
diriku sendiri. Tiba-tiba dia menghentikan laju mobil lalu menoleh kearah kaca
di sampingku. Bukan hanya dia aku pun sontak tercengang ketika melihat Danu ada
di sebelahku dengan tatapan yang sulit aku artikan. Mimpiku berhenti sampai
disitu.
Memikirkannya
membuat kepala ini seakan berputar begitu cepat, rumit sekali. Mencari apa arti
dibalik mimpi tadi malam, rasanya seperti memecahkan soal matematika tersulit
yang tidak pernah bisa Aku selesaikan. Pun jika cerita ini aku kubur di dasar
tanah dan berharap suara-suaranya tidak akan terdengar lagi. Sepertinya tidak
akan bisa, karena melakukannya seperti Aku berjalan di atas air, sangat tidak mungkin
menyembunyikan perasaan yang sewaktu-waktu hadir kembali. Bukan perihal sulit
melupakan, tetapi banyaknya kenangan saat itu yang bisa menghabiskan dua puluh
tahun lebih umurku, bahkan tidak ada waktu yang dapat mendefiniskan bagaimana
Aku terus mengingat dan terbayang akan dirinya. Dia adalah Esa, yang lebih dulu
mengenalku daripada Danu.
Pagi
itu Aku mencoba menghubungi Esa lebih dulu, hanya untuk mengetahui kabarnya
setelah beberapa bulan ini menghilang. Kabar darinya langsung maksudku, karena
selama ini lewat sosial media miliknya lah Aku bisa mengetahui Dia sedang
baik-baik saja atau tidak. Kemarin sore Aku melihat lewat ponsel, tubuh Esa
yang terbaring lemas di Rumah Sakit. Cukup membantu karena Dia menyertakan
keterangan pada fotonya. Namun sedikit membuatku bingung karena yang belum
terlalu paham arah di Kota ini. Setelah Aku lihat melalui maps pada ponselku, lumayan
jauh dari tempatku bekerja, tapi tidak begitu jauh dari tempatku tinggal. Inilah
alasan mengapa pagi-pagi sekali Aku langsung menghubungi Esa, karena sampai saat
ini Esa belum membalas pesanku.
Hari-hari
berikutnya pikiranku selalu dipenuhi oleh Esa, Esa dan Esa. Sampai suatu ketika
aku memesan taksi online dan mendapatkan driver yang memiliki nama yang persis
sama dengan nama Esa. Aku tidak mengada-ngada cerita ini, percaya atau tidak
aku sampai lemas melihatnya. Lelah rasanya mengkhawatirkan seseorang yang sulit
k Aku bisa mengetahui kabarnya. Jangankan Aku menanyainya soal kabar, kata “Hi”
pun tidak sempat Dia balas. Semoga Esa baik-baik saja dan Aku berharap Esa
segera membalas pesanku setelah pulih.
Comments