Hari ini aku memulai berkelana pada situasi yang
sudah lama ku damba. Duduk bersandar pada kursi yang menopang beban diri,
berhadapan layar dengan banyaknya kata yang harus ku selesaikan satu persatu.
Memulai ini adalah suatu keharusan untuk si dewasa. Tuhan memang baik. Aku tidak
sendiri melainkan dikelilingi manusia-manusia baik, yang sayangnya belum sempat
berkenalan. Ini hari pertama, di tempat yang cukup nyaman namun masih kaku
sehingga kaki pun bergerak tak tentu arah. Lucu.
Berlalu dan berhembus akankah kau tau mengapa Gemericik kemarin aku sendiri di ujung kenangan Menebar embun kelabu tak tau bagaimana ku bisa Riuh dan dingin menanti beribu kata tak terucap Bukankah menyaksikan kehangatan yang terbuang sungguh pilu Mengepul putih dari genggaman tangan Kau bilang jika sudah dingin tak menyenangkan Ku bilang ini hanya secangkir fatamorgana yang bisa saja menghilang Satu persatu payung mulai ditutup oleh tuannya, menandakan si hujan berlalu Hitam jauh menghitam tanpa meninggalkan kepulan putih menemani Lantas ku cicipi kopi pahit membuatku lebih baik menelan rasa yang sama Sehingga ku biarkan secangkir kerinduan disudut kota ini sore itu -bersama malam diujung lelap-
Comments